Gagal

Maaf Anda telah memasukkan alamat email yang tidak valid !

Scroll To Continue With Content
https://www.instagram.com/megacareerexpo/

Kisah Inspiratif: Telur dan Omelet

Copy to clipboard copy-link
Kisah Inspiratif: Telur dan Omelet
Siapa yang tidak menyukai telur? Ya, sebagian besar orang menjadikan telur sebagai menu utama dalam masakannya. Produk unggas ini memiliki cita rasa unik dan gurih, sehingga memungkinkan untuk dijadikan menu utama maupun sebagai pelengkap bahan makanan. Selain itu, tingginya protein dalam sebutir telur sangat baik untuk menutrisi tumbuh kembang anak. Dalam berbagai kesempatan, telur disajikan dengan cara direbus, digoreng serta diramu sedemikian rupa sebagai omelet. Tahukah kamu, pelajaran apa yang bisa kita petik dari sebuah omelet? 


Pada tahun 1796 kala omelet pertama kali tercipta dari seorang chef di Prancis, sebuah pepatah pun hadir. Pepatah ini pun,  lantas diterjermahkan ke dalam Bahasa Inggris yang populer, yakni You cannot make an omelette without breaking eggs atau Anda tidak bisa membuat omelet tanpa memecahkan telur. Dibalik pepatah yang sederhana ini, mari kita temukan maknanya, Sobat membutuhkan telur untuk membuat omelet. Akan tetapi, telur yang kamu punya ada di dalam kulkas, kamu harus meniriskannya terlebih dahulu dan memecahkan kulitnya agar bisa diproses oleh teflon dan dimasak. 


Setelah omelet siap dihidangkan, ia memang menjadi makanan lezat, namun ia bukan lagi telur. Omelet adalah hasil transformasi dari telur yang meninggalkan kulitnya karena dipecahkan oleh pembuat omelet. Sobat Souja, kadangkala kondisi demikian persis seperti yang kita alami. Seseorang tentu ingin memenuhi tujuan hidup, cita-cita, ambisi serta tugasnya, tapi enggan untuk meninggalkan cangkang atau kulit yang mengelilingi. Kita senantiasa terjebak dalam hal yang disebut zona nyaman, tapi di saat yang sama kita ingin menggapai kesuksesan. Oleh karena itu, kiranya sebuah pengorbanan mutlak dilakukan agar kesuksesan bisa terwujud. 


Dalam menggapai keinginan dan cita-cita memang ada harga yang harus kita bayarkan. Pada kenyataannya, mengorbankan kemalasan, ego, kesombongan, dan karakteristik buruk lainnya yang menunjukkan kemiskinan mental adalah harga itu. Kadang-kadang kita menemukan diri kita bersembunyi di balik perilaku semacam ini. Memang bukan perkara mudah, semua harus dibiasakan dan dimulai dari hal kecil agar kamu siap bertransformasi dari telur mentah menjadi omelet lezat. 

Elin Septianingsih

Elin Septianingsih

Artikel Terkait

Rekomendasi Artikel

https://www.instagram.com/megacareerexpo/