Belajar dari Kisah Barnett Helzberg Jr.
Kisah berikut ini bisa Sobat Souja jadikan sebagai bahan perenungan, motivasi dan sesuatu yang menginspirasi. Sosok Barnett Helzberg Jr. merupakan potret pengusaha yang sukses. Ia mampu membangun sebuah usaha pertokoan dan perhiasa dengan total penghasilan per tahun sampai dengan US$300 juta. Di usianya yang ke- 60, ia memutuskan untuk memberikan estafet tongkat usahanya kepada orang lain yang dianggapnya tepat. Â
Pada suatu ketika, di sebuah jalan dekat Hotel Plaza di New York, ia mendengar seorang perempuan memanggil sebuah nama,Â
“Tuan Buffett!â€Â
Instingnya bergejolak, ia berpikir apakah yang diundang perempuan itu adalah Warren Buffett yang kala itu sudah dikenal sebagai raja saham? Helzberg sendiri belum pernah mengenal Buffett, tak punya kontaknya dan hanya berencana menjual usahanya. Saat itu ia, nekat saja untuk mengikuti kata hatinya. Ia pun membelokkan langkah mengikuti suara tadi dan memperkenalkan diri kepada orang yang diteriaki tadi. Dan benar, itu adalah Warren Buffett.
Setahun berikutnya, apa yang diinginkan pun terjadi. Perusahaan itu akhirnya dibeli Buffett dengan nilai yang menurutnya sangat memuaskan. Sungguh, inilah sebuah gambaran keberuntungan yang datang pada waktu dan saat yang tepat. Tapi, coba bayangkan, jika Helzberg tak memanfaatkan kejutan untuk mengikuti kata hatinya saat itu. Barangkali, sejarah akan berubah.
Terampil Memanfaatkan Kesempatan
Membaca kisah itu, sepertinya adalah sebuah keberuntungan yang telah disusun daam sebuah skenario tepat. Sepertinya tak bakal terjadi pada semua orang. Tapi, jika ditelusuri lebih jauh, ada sebuah nilai yang membuat keberuntungan itu datang. Yakni, mereka memanfaatkan kesempatan, sekecil apa pun itu. Bahkan, ketika kita sendiri tak sadar bahwa itu adalah kesempatan emas. Mereka yang dianggap orang beruntung. Hasilnya, mereka seolah-olah selalu berada pada waktu dan tempat yang tepat.
Berawal dari Pola Pikir
Sebuah penelitian unik dilakukan oleh psikolog Richard Wiseman dari University of Hertfordshire di Inggris, tentang bagaimana melihat keberuntungan dilihat dari kacamata ilmu pengetahuan. Wiseman melakukan studi, yang diawali dengan membuka lowongan sukarelawan penelitiannya di koran. Sekitar 400 orang lantas terkumpul dari beragam usia dan golongan. Setelah melalui wawancara awal, diketahui ada beberapa orang yang merasa sangat beruntung dalam hidupnya. Sebaliknya, ada yang selalu merasa sial terus-menerus.
Jessica, seorang ahli forensik yang tergabung dalam penelitian itu mengaku termasuk orang yang sangat beruntung. Mendapat pekerjaan yang diimpikan, keluarga yang menyayanginya, orang yang sangat dicintai, dan berbagai kemudahan lain. Sebaliknya, seorang bernama Patricia—yang bekerja sebagai kru pesawat terbang—dalam waktu singkat ketika memulai pekerjaan sudah mendapat predikat pembawa sial. Penerbangan pertama harus mendarat darurat karena ada orang yang mabuk dan berbuat onar dalam pesawat. Berikutnya pesawat tersambar petir. Yang ketiga, harus mendarat darurat karena suatu hal. Demikian juga hubungan percintaannya, nyaris selalu kandas.
Dalam hasil kajian Wiseman terhadap berbagai tipe orang tersebut, ia menemukan fakta mengejutkan. Yakni, semua keberuntungan ternyata berawal dari pola pikir. Ada empat hal dasar yang membuat seseorang menjadi beruntung atau tidak. Pertama, orang yang beruntung terampil menciptakan dan memperhatikan peluang. Kedua, mereka pintar membuat keputusan dengan mendengarkan intuisi. Ketiga, mereka memenuhi diri dengan harapan-harapan yang positif. Terakhir, mereka biasa mengubah hal buruk menjadi baik dengan mengadopsi sikap-sikap positif.
Selamat menghiasi pola pikirmu dengan hal positif ya Sobat!Â
Â
Â
Sumber: andriewongso.comÂ
Elin Septianingsih