Kisah Inspiratif: Pengalaman Berharga di Hutan
Alkisah, tersebutlah seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya. Ia meninggalkan pekerjaan, hubungan cinta dan memutuskan berhenti dari kehidupan. Entah apa penyebabnya, yang jelas pria tersebut merasa ada yang salah dengan hidupnya. Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan.
"Tuhan, Apakah ada satu alasan penting yang membuat saya mengurungkan niat untuk berhenti hidup dan menyerah?"
Secara mengejutkan, ia mendengar sebuah suara yang terdengar jelas bukan sekedar sayu-sayup. Seakan menjawab pertanyaanya, suara itu membuat tubuh Si pria bergetar hebat.
"Hai anak manusia, coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu?"
"Ya , " jawab pria itu.
"Ketika menanam benih pakis dan benih bambu , mereka dirawat secara sangat baik. Tuhan memberi keduanya cahaya, memberikan air, maka pakis pun tumbuh dengan cepat di bumi. Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Pada tahun kedua , pakis tumbuh makin subur dan banyak, sedangkan hingga tahun ketiga benih bambu belum juga memunculkan sesuatu. Di tahun ke-4 , masih juga belum ada apapun dari benih bambu.
Di tahun kelima , muncul sebuah tunas kecil. Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna. Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki. Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup. Tahukah kamu, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah. Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi,"
Pria itu menjawab,
"Saya akan menjulang setinggi apa? Apakah akan setinggi apapun yang bisa dicapai,"
"Ya, benar! kamu akan menjadi yang terbaik dan bisa meraih yang tertinggi sesuai kemampuanmu," ungkap suara itu.
Pria itu lalu meninggalkan
hutan dan mengisahkan pengalaman hidup yang
berharga ini.
Elin Septianingsih