Kisah Inspiratif: Si Kikir & 3 Puteranya
Tersebutlah, seorang laki-laki yang terkenal punya sifat kikir. Ia memiliki tiga anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Sepanjang hidupnya, si kikir sangat giat menumpuk harta. Saking kikirnya, ia jarang sekali membelanjakan hartanya itu, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Suatu hari, si kikir sakit keras dan dokter menyatakan bahwa hidupnya hanya tinggal sebentar lagi. Setelah mendengar berita itu, si kikir langsung teringat dengan hartanya yang melimpah.Â
"Kepada siapa aku harus mewariskan harta kekayaanku?" batin si kikir.
Kemudian si kikir memanggil ketiga anaknya. Ia bermaksud untuk menguji mereka, kira-kira siapa yang paling pantas untuk menerima warisan darinya. Kepada anak tertua, si kikir berkata,Â
"Katakan kepadaku, bagaimana kau akan memakamkanku nanti?"
"Aku akan mengadakan upacara pemakaman besar-besaran. Aku akan memesan batu nisan yang indah dan mahal untuk ayah. Setelah itu, aku akan memberi makan tetangga selama seminggu berturut-turut." ujar anak sulung.Â
"Apa? Kau benar-benar bodoh! Pemakaman besar-besaran! Batu nisan yang mahal! Memberi makan tetangga selama seminggu! Sia-sialah aku membesarkanmu selama ini!" hardik sang ayah.Â
Giliran anak kedua yang menjawab,Â
"Aku akan mengadakan upacara yang sederhana saja. Aku hanya akan mengundang pendeta untuk mendoakan ayah, serta beberapa saudara dan tetangga yang benar-benar dekat dengan kita."
"Keterlaluan! Kau tahu berapa biaya yang harus dibayarkan kepada pendeta? Dan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk menjamu saudara dan tetangga? Itu semua pemborosan! Ah, kau sama saja dengan kakakmu itu!"
Si anak bungsu sudah lama sekali tidak suka dengan sifat kikir sang ayah. Kini, ia semakin benci dengan sifat kikir ayahnya yang semakin menjadi-jadi itu. Maka setelah ditanya oleh ayahnya, ia pun menjawab dengan kesal,Â
"Aku tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk pemakaman ayah! Bahkan aku akan menghasilkan uang!"
Tak disangka, sang ayah malah tertarik dengan ucapan si bungsu. Lantas ia berkata dengan penuh rasa penasaran,Â
"Memangnya bagaimana caramu menghasilkan uang dari kematianku?"
"Aku akan menjual tubuhmu ke sekolah kedokteran di Provinsi Selatan. Mereka membutuhkannya untuk mempelajari organ-organ manusia. Aku akan menjualnya kepada penawar tertinggi."
"Baguuus! Baguuus! Hahaha... kau memang anak ayah! Kau akan menjadi pewaris tunggal kekayaanku!" seru si kikir tersebut sambil tertawa penuh kebanggaan. Ketiga anaknya melongo menyaksikan reaksi ayahnya itu.
"Tapi ayah, tidakkah ayah sadar dengan apa yang dikatakan oleh si bungsu?Si bungsu akan menjual tubuh ayah ke Provinsi Selatan!" ucap si sulung yang heran dengan Ayahnya.Â
"Oh ya! Kau tidak boleh menjual tubuhku ke provinsi selatan! Orang-orang di provinsi selatan suka mengutang! Jadi lebih baik kau menjualnya ke rumah sakit di provinsi utara saja!" ujar sang ayah.Â
Ketiga anak si kikir menepuk dahi. Menyerah sudah mereka dalam menghadapi sifat ayahnya yang sangat kikir itu.
Sobat Souja,Â
Janganlah menjadi orang yang kikir hanya untuk menumpuk harta. Sesungguhnya saat wafat, harta tak akan dibawa serta. Lebih baik kita menjadi orang dermawan yang senang menolong sesama.
Sumber: dongengceritarakyat.com
Elin Septianingsih