Soul Of Jakarta - Twitter memang menjadi senjata sosial media yang paling dipuja beberapa tahun ini. Kemudahan mendapat dan mencari informasi sekaligus menjadi sarana penambah teman membuat Twitter terus kondang dan menyisihkan ‘rival'nya yang lain, Facebook. Namun kemudahan membagi pengalaman dan cerita lewat 140 karakter saja lah yang membuat Twitter jadi memiliki banyak penggemar, karena sepertinya bagi orang Indonesia, banyak ‘berkicau' adalah hal yang sangat lazim dan sudah menjadi sifat banyak orang.

Tapi selain mengasyikkan, tak lantas anda bisa senang-senang saja dengan kehadiran social media yang satu ini. Perkara unfollow misalnya yang bisa jadi drama. Sesudah tahu di-unfollow, biasanya beragam reaksi datang. Dari marah, benci, kesal sampai akhirnya berpengaruh pada hubungan satu sama lain di dunia nyata. Benarkah unfollow menjadi sesuatu yang harus dibesar-besarkan?

Saat di-unfollow, biasanya datang sedikit rasa kecewa apalagi ketika yang meng-unfollow adalah orang yang kita anggap penting atau kita sukai. Namun saat bertwitter ria, anda seharusnya sadar bahwa saling follow berarti saling menerima update tweet dari satu sama lain secara terus menerus. Anda juga harus tahu bahwa mungkin tak semua orang bisa menerima atau menyukai kicauan anda. Meskipun teman baik di dunia nyata, bisa saja seseorang tak mengikuti atau malah melakukan unfollow pada anda, karena dia merasa tweet anda tak cocok untuk bahan bacaannya saat mengamati linimasa. Ini sebenarnya hanya masalah selera. Seperti ketika anda lebih memilih follow akun-akun komedi lucu ketimbang follow akun berbau mistis sementaranya teman anda sebaliknya. Jadi seharusnya ini tak menjadi masalah besar atau harus disangkut-pautkan dengan interaksi dan keharmonisan hubungan di dunia nyata. Souja

Maudy Putri