Kisah Inspiratif: Biskuit untuk Mama
Alkisah, ada seorang ibu muda yang miskin dan hidup serba ala kadarnya. Ia mempunyai anak berusia sekitar 7 tahun. Anak kecil itu tumbuh dengan kesadaran bahwa dirinya tak boleh bermanja-manja dengan ibunya. Sebab, selain kondisinya sangat minim, untuk hidup sehari-hari ia mendapati contoh nyata, bahwa semua harus dibayar dengan kerja keras. Sejak kecil, anak ini tak pernah meminta-minta apa pun dari sang ibu. Bahkan, ia sering kali membantu ibunya menjualkan kue-kue buatan sang ibu ke sekitar rumah sederhana mereka. Dari hasil kue itulah, mereka paling tidak bisa makan dan membeli beberapa kebutuhan sehari-hari.
Suatu kali, datanglah musim dingin. Demi menyambung hidup, sang ibu dan anaknya harus tetap berjualan kue menerjang udara dingin. Namun, suatu kali, bakul untuk membawa kue rusak. Karena itu, sang ibu berpesan kepada anaknya agar tetap tinggal di dalam rumah, sementara ia membeli bakul baru di pasar. Sepulang dari pasar membeli bakul kue yang baru, sang ibu mendapati rumahnya kosong. Anaknya, yang dipesan agar jangan ke mana-mana, tak terlihat. Betapa marahnya ia, mengira si anak pasti bermain-main ke luar. Tanpa berpikir panjang, ibu ini pun menumpahkan kemarahannya dengan mengunci pintu rumah. Ia ingin memberi pelajaran kepada anaknya, sehingga ia tak bakal bisa masuk rumah.
Waktu berlalu. Udara dingin pun terasa menusuk tulang. Karena itu, meski belum habis berjualan kue, ibu ini pulang ke rumah untuk mencari kehangatan. Tapi, begitu sampai di depan rumah, ia mendapati anaknya kaku kedinginan karena tak bisa masuk ke dalam rumah yang dikunci rapat sebelumnya. Bergegas, ia membopong anak semata wayangnya itu ke dalam rumah, kemudian menggoncang-goncang tubuh anaknya, sambil terus memanggil-manggilnya dengan penuh penyesalan. Saat itu, tiba-tiba dari saku anaknya, ada sebuah bungkusan kecil terjatuh, berikut pesan pendek yang tertulis…
“Mama pasti lupa, ini hari istimewa bagi mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit yang besar… Mama selamat ulang tahun.”
Sebuah kejutan kecil yang disiapkan anaknya, ternyata menjadi kejutan besar yang akan selalu diingat seumur hidup sang ibu. Sebuah keputusan karena emosi sesaat, membuatnya kehilangan buah hati yang sangat disayanginya.
Sobat Souja,
Kisah tersebut adalah sebuah gambaran bagaimana tindakan yang tak disertai pikiran matang kadang memang acap menyisakan kepedihan. Tak jarang, bahkan penyesalan berkepanjangan. Mungkin berawal dari keinginan senang sesaat, tapi mengantarkan kita pada sesal berkepanjangan. Mari, jangan bertindak gegabah tanpa berpikir masak-masak. Jangan biarkan penyesalan datang terlambat. Siapkan segalanya dengan penuh pertimbangan. Matangkan rencana untuk meraih kebaikan. Dengan begitu, segala tindakan yang kita lakukan, akan mendatangkan keberkahan.
Sumber: andriewongso.com
Elin Septianingsih