Siang itu aku sengaja pergi ke warteg langganan ku untuk membeli beberapa lauk untuk disantap sebagai makan siang. Tiba-tiba saat aku ingin pulang setelah membeli makanan aku lihat ada bapak-bapak sudah tua sekali dengan pakaian lusuh membawa beberapa celengan semar yang terbuat dari tanah liat sedang duduk dan terlihat sangat lelah, mungkin sedari tadi berjalan untuk menjajakan celengannya itu. Kebetulan uang untuk membeli lauk di warteg tadi masih lebih banyak. Aku ingin memberi beberapa rejeki yang aku punya pada bapak itu, namun saat aku memberinya uang, bapak tua itu langsung menolak sambil berkata, "maaf neng Bapak bukan pengemis".

Sontak aku terkejut, terharu, dan merasa tidak enak hati dengan bapak itu. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli saja celengan bapak itu. "kalo gitu aku beli celengan bapak ya", aku ambil satu celengan semarnya dan memberinya uang sebesar 20 ribu ke bapak tua itu.

"sebentar ya neng bapak tuker dulu uangnya buat kembalian"
"gak usah pak, kembaliannya buat bapak saja"
"jangan neng celengannya Cuma dua ribu"
"gak papa buat bapak saja"

Namun bapak tua itu kekeh tidak ingin menerima uang kembalian yang aku kasih, dia langsung tukar uangnya di warteg tempat aku membeli lauk makan siang ku tadi lalu memberikan kembaliannya pada ku. Akhirnya aku bertanya pada bapak tua tadi kenapa ia tidak mau menerima uang kembalian yang aku kasih, lalu bapak itu berkata, "makasih neng, tapi bapak masih bisa jual celengan semar ini" sambil menunjukan dua buah celengan yang masih belum terjual.

Bapak tua ini sungguh membuat aku merasa sangat malu. Ia tak sedikitpun merasa kurang dengan keadaannya dan ia pun benar-benar memiliki harga diri yang tinggi, tak sedikitpun ia butuh untuk dikasihani dan sangat jujur untuk menghargai setiap harga celengan semarnya.

Kiki Kartika