Kisah Inspiratif: Pisau Usang
Tersebutlah, ada seorang ayah yang pergi ke hutan bersama putranya untuk mencari kayu persediaan di rumah. Keduanya berangkat saat matahari belum muncul dari peraduannya. Sang ayah berpikir bahwa berangkat pagi buta akan membuat mereka bisa leluasa berada di hutan untuk memilih kayu terbaik. Keduanya merencanakan untuk sampai di rumah sebelum matahari tenggelam. Sang putra tidak kalah bersemangat dari ayahnya. Sejak malam harinya ia sudah mempersiapkan diri dan peralatan yang dibutuhkan.
Keduanya pun berangkat setelah menyantap singkong rebus dan segelas teh untuk menambah tenaga saat di hutan. Sampailah mereka di hutan. Ketika keduanya menemukan kayu-kayu besar yang berserakan, mulailah sang ayah memotong kayu. Ia memberikan sebuah pisau kepada anaknya. Tidak lama setelah itu, sang ayah mulai memotong kayu tersebut dengan pisau lamanya. Melihat itu, anaknya bertanya,
“Ayah, bukankah itu pisau yang sudah usang?”.
“Memangnya kenapa?”, tanya balik ayahnya.
“Pisau itu tumpul ayah. Tidak akan bisa memotong kayu besar itu,” ungkap anaknya.
Sang ayah tersenyum. Ia lalu meminta anaknya itu memerhatikan apa yang sedang dilakukannya. Dengan pisau itu, sang ayah mulai memotong kayu. Beberapa kali pukulan meleset. Namun, ia tidak berhenti. Perlahan tapi pasti kayu mulai terpotong. Hari semakin siang. Terik matahari membuat ayah maupun anak itu berkeringat. Itu semua, tidak juga membuat gerakan memotong kayu ayahnya berkurang atau berhenti. Setelah berjam-jam, akhirnya kayu itupun terbelah menjadi beberapa bagian dan siap dibawa ke rumah.
Hari itu mereka berhasil membawa pulang kayu dengan kualitas baik. Saat tengah berkemas, sang anak bertanya lagi kepada ayahnya.
"Ayah, aku masih penasaran. Mengapa ayah bersikukuh menggunakan pisau tadi?"
Dengan senyum tersungging di bibirnya, sang ayah pun menjelaskan.
"Janganlah melihat setiap usaha dari hasilnya saja. Pisau lama ini memberikan pelajaran berharga, bahwa bukan hasilnya yang menentukan keberhasilan kita, melainkan usaha kita. Masalah pasti akan datang, tapi menyerah bukanlah solusinya."
Sang anak pun mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Baik ayah, terima kasih nasihatnya."
Elin Septianingsih