Gagal

Maaf Anda telah memasukkan alamat email yang tidak valid !

Scroll To Continue With Content
https://www.sambilanku.id/vmce/masuk

Kisah Inspiratif: Pesan dari dalam Botol

Copy to clipboard copy-link
Kisah Inspiratif: Pesan dari dalam Botol
Pada suatu hari Baginda Prabu Ronggo Lawas memanggil Abu Mukidi untuk menghadap.


“Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda memulai pembicaraan.


“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Mukidi.


“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.


Abu Mukidi hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar
angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Mukidi waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Mukidi pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja.


Sudah dua hari ini Abu Mukidi belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan. Abu Mukidi hampir putus asa. Abu Mukidi benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.


“Bukankah jin itu tidak terlihat?” Abu Mukidi bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Mukidi langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.


” Abu Mukidi, kamu sudah berhasil memenjarakan angin?”


“Sudah Paduka yang mulia.” jawab Abu Mukidi dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Mukidi menyerahkan botol itu.


Baginda menimang-nimang botol itu.


“Mana angin itu?” tanya Baginda.


“Di dalam, Tuanku yang mulia.” jawab Abu Mukidi penuh takzim.


“Aku tak melihat apa-apa.” kata Baginda Raja.


“Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu.” Abu Mukidi menjelaskan.


Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung.


“Bau apa ini?!” tanya Baginda marah.


“Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol.” kata Abu Mukidi ketakutan.


Baginda mengangguk faham, karena penjelasan Abu Mukidi memang masuk akal.

Elin Septianingsih

Elin Septianingsih

Artikel Terkait

Rekomendasi Artikel

https://www.sambilanku.id/vmce/masuk
https://www.sambilanku.id/vmce/masuk