Gagal

Maaf Anda telah memasukkan alamat email yang tidak valid !

Kisah Inspiratif: Mata yang Penuh Cinta

Copy to clipboard copy-link
Kisah Inspiratif: Mata yang Penuh Cinta
Dalam perjalanan pulang kampung Paijan mengalami kebutaan akibat kecelakaan lalu-lintas yang dialaminya. Karena kebutaannya itu, Paijan membenci semua orang , bukan hanya kepada dirinya sendiri. Selama perawatan di rumah sakit dia masih ingat kenangan ketika matanya masih bisa melihat indahnya dunia. Di antara para perawat yang bertugas, ada Prapti (perawat penuh bakti) seorang suster muda yang ikhlas merawat dan menjaga Paijan secara khusus, sehingga sang pemuda menganggap sang suster itu sebagai kekasihnya. Prapti merupakan satu-satunya orang yang tidak dibencinya. Sang suster yang tidak ngesot seperti Myabi itu selalu ada disisinya, menemani dan menghibur Paijan, kecuali kalau sedang bertugas mengurusi pasien lain.


Cinta lokasi ini menumbuhkan keinginan Paijan untuk menikahi Prapti. Sang pemuda  berjanji, suatu hari akan menikahi sang suster jika matanya dapat melihat kembali. Hari- hari Paijan yang membosankan terus berlalu, sampai suatu hari sebuah kabar gembira sampai di telinganya. Keluarga Paijan  memberitahukan kalau  ada sepasang mata yang akan didonorkan untuknya.Betapa gembiranya Paijan. Setelah segala pemeriksaan dan persiapan, akhirnya operasi mata pun dijalankan. Operasinya berhasil baik. Dalam masa penyembuhan, seperti biasa Prapti selalu menemaninya, sampai pembalut matanya dilepas.


Ketika dokter selesai membuka pembalut matanya, yang pertama didengar adalah ucapan selamat dari Prapti, suster sekaligus kekasih yang selalu setia di sampingnya. 


“Selamat! Sekarang mas Paijan sudah dapat melihat lagi.”


Paijan terpana, Ia menyesuaikan penglihatannya, sambil meyakinkan dirinya bahwa perempuan yang didepannya adalah betul-betul kekasihnya.


“Apakah mas Paijan  siap menikah denganku?” tanya Prapti.


Paijan tidak menjawab. Ia  terguncang ketika  melihat kekasihnya yang ternyata buta. Suatu keadaan yang sangat dibencinya. Kegembiraannya seketika hilang. Paijan menggelengkan kepalanya. Prapti tentu saja tidak bisa melihat gelengan itu, tapi dia bisa menangkap penolakan itu. Prapti yang kecewa, pergi berlinang air mata meninggalkan kamar Paijan,  namun dia  sempat meninggalkan sepucuk surat untuk sang pemuda : 


“Sayangku, tolong jaga baik-baik bola mataku..”


Sobat Souja, 


Kejadian diatas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia akan cepat berubah saat status hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya, dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih. Dia yang telah menyertai, menjaga dan menopang bahkan disaat yang paling menyakitkan. Hidup adalah anugrah, jaga, dan syukuri apapun adanya.


https://ceritamukidi.wordpress.com/

Elin Septianingsih

Elin Septianingsih

Artikel Terkait

Rekomendasi Artikel