Kisah Inspiratif: Uang yang Hilang
Pada suatu hari, seorang anak berusia 12 tahun menangis begitu jadinya karena kehilangan uang simpanannya sebesar Rp 25.000. Ia sudah berjuang hampir 10 hari demi memilikinya. Rencananya, ia ingin membeli mainan dengan uang tersebut. Tante sang anak yang melihat kejadian tersebut pun merasa iba.
"Tommy, kenapa kamu menangis sampai berteriak begitu?" tanya Sang Tante dengan penuh kelembutan.
"Uang saya hilang Tante, Rp 25.000. Padahal aku sudah berjuang tidak jajan di sekolah selama 10 hari," katanya sambil terisak-isak.
"Hmmm...begitu ya! Tenang, Tante ganti ... ini uangnya (sambil menyodorkan selembar pecahan Rp 20.000 dan selembar Rp 5.000,"
Bukannya berhenti menangis, Tommy malah berteriak.
"Tante, kalau uang saya tidak hilang pasti sekarang sudah menjadi Rp 50.000,"
Tantenya pun bingung…
“Terserah kamu saja deh….”, katanya sambil pergi.
Ayahnya yang baru pulang kantor mendapati anaknya masih menangis.
“Kenapa sayang? Koq menangis sih. Lihat mata kamu, sudah bengkak begitu. Nangis dari tadi yah?” tanyanya sambil menyeka air mata anaknya.
“Uangku hilang Rp 25.000.” kata anaknya mengadu.
“Ooohhh. Lho itu punya uang Rp 25.000? Katanya hilang?” tanya ayahnya yang heran karena dia melihat anaknya memegang uang Rp 25.000.
“Ini dari Tante…. . Kalau tidak hilang saya punya Rp 50.000.” jawabnya sambil terus menangis.
“Sudahlah…. nih ayah ganti. Ayah ganti dengan uang yang lebih besar. Ayah kasih kamu Rp 50.000. Jangan menangis lagi yah!” kata ayahnya sambil menyerahkan selembar uang Rp 50.000.
Si anak menerima uang itu. Tetapi masih tetap saja menangis. Ayahnya heran, kemudian bertanya lagi.
“Kenapa masih menangis saja? Kan sudah diganti?”
“Kalau tidak hilang, uang saya Rp 75.000.”
Ayahnya hanya geleng-geleng kepala.
“Kalau gitu dikasih berapa pun, kamu akan nangis terus.” sambil mengendong anaknya.
Dalam kenyataannya banyak orang yang memiliki sikap seperti anak tadi. Dia hanya melihat apa yang tidak ada, dia hanya melihat apa yang kurang, tanpa melihat sebenarnya dia sudah memiliki banyak hal. Sifat manusia yang selalu merasa kurang padahal nikmat Tuhan begitu banyaknya sudah dia terima. Maka, bersyukurlah!
Elin Septianingsih