Kisah Kedai Makan Prasmanan
Di sebuah terminal, sepasang kakek dan nenek baru saja uturn dari sebuah bus. Mereka berdua menempuh perjalanan melalui jalur udara, lantas sesampainya di bandara langsung menumpang bus untuk menyambung perjalanan. Keduanya berencana menuju kota tempat anak dan cucunya tinggal. Berbagai macam oleh-oleh disiapkan sebagai buah tangan.Â
Dua jam kemudian, mereka sampai di daerah yang dituju. Namun sebelum mengabari anak dan cucunya bahwa mereka sudah sampai, kakek dan nenek itu mampir di sebuah kedai makan untuk melepas lapar dan dahaga.Â
"Sampai juga ya kita! Ayo istirahat dulu barang sejenak, kaki tuaku terasa lelah. Lagipula jarak kita dengan anak-cucu kurang dari 100 meter, tinggal jalan kaki," ungkap Si Kakek.Â
Kedai makanan itu lumayan besar, dengan jumlah kursi sekitar 35 buah. Terlihat para pengunjung bergantian datang dan pergi setiap 20 menit sekali. Belasan pegawai kedai segera sigap membersihkan meja yang ditinggalkan. Kakek dan nenek pun dengan sabar menunggu pelayan menghampiri mereka untuk bertanya mengenai makanan/minuman yang dipesan.Â
Namun, sudah lebih dari 20 menit rupanya tak satupun yang menghampiri. Dengan nada kesal, Nenek memanggil pelayan untuk memesan makanan.Â
"Mas, saya mau pesan makanan!", kata si Nenek.
"Maaf Bu, kedai ini prasmanan. Jadi silakan ambil menu yang diinginkan di meja sebelah kanan itu. Nanti langsung ke kasir untuk membayar,"
Nenek dan Kakek itu urung menumpahkan amarahnya karena rupanya mereka bisa mengambil menu dengan sesuka hati dan langsung membayar harganya. Kakek mengambil lauk pauk kesukaannya dengan sigap, begitu juga Nenek. Setelah selesai membayar, mereka kembali berbincang-bincang.Â
"Istriku, tahukah engkau bahwa kedai ini mengingatkanku akan hidup. Kita bisa mendapatkan apapun yang kita kehendaki asal mampu membayar. Kita bisa menjadi apapun yang kita mau dengan harga sebanding, kerja keras dan pantang menyerah hanya sebagian dari harga yang harus kita bayar.Â
Kita tidak bisa menggapai kesuksesan hanya dengan menunggu seseorang datang menghampiri. Maka kita harus bergerak, berdiri, berjalan lalu mengambil kesuksesan itu. Lantas membayarnya, persis seperti saat tadi kita makan,"
Setelah makan, Kakek dan Nenek kembali melanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan keluarga tercinta.Â
Elin Septianingsih