Gagal

Maaf Anda telah memasukkan alamat email yang tidak valid !

Scroll To Continue With Content
https://www.instagram.com/megacareerexpo/

Sang Konfusius

Copy to clipboard copy-link
Sang Konfusius
Yan Hui adalah murid kesayangan Konfusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumun banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.


Seorang pembeli berteriak,


"3 dikalikan dengan 8 sama dengan 23, lalu kenapa kamu bersikeras bilang jumlahnya 24?"


Yan Hui menyeruak dan mendekati pembeli kain dan berkata, 


"Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi."


Pembeli kain itu, merasa tidak senang. Ia menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: 


"Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Konfusius. Benar atau salah Konfusius yang berhak mengatakan."


"Baik, jika Konfusius bilang kamu salah, bagaimana?" Yun Hui mendebat.


Pembeli kain dengan penuh emosi menjwab,


"Kalau Konfusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"


"Kalau saya yang salah... jabatanku untukmu." ungkap Yun Hui


Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Konfusius. Setelah mendengar dengan saksama duduk persoalannya, Konfusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa, 


"3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia!"


Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Konfusius bilang bahwa dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan Hui seperti menerima penilaian Konfusius, tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Konfusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Maka Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Konfusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.


Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Konfusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, serta memberi Yan Hui dua nasihat, 


"Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh." Yan Hui mengiyakan lalu berangkat pulang.


Di dalam perjalanan tiba-tiba datang angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ia ingat nasihat gurunya dan berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasihat gurunya yang pertama sudah terbukti.


"Apakah saya akan membunuh orang?" Pikirnya kalut, mengenai nasihat kedua dari sang guru.


Yan Hui tiba di rumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai di depan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasihat Konfusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur di samping istrinya adalah adik istrinya.


Keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Konfusius, berlutut dan berkata: 


"Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"


Konfusius berkata: 


"Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung di bawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".


Yan Hui berkata, 


"Guru, perkiraanmu hebat sekali, saya sangat kagum."


Konfusius menjawab, 


"Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Tapi cobalah kamu pikir lebih dalam. Kemarin aku bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang satu nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"


Yan Hui sadar akan kesalahannya dan menjawab, 


"Guru mementingkan yang lebih utama, saya malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Saya benar-benar malu." Sejak itu, kemanapun Konfusius pergi Yan Hui, selalu mengikutinya untuk belajar.


Sobat Souja,


Kisah di atas punya banyak makna. Jika Sobat bertaruh dan memenangkan yang Anda anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting, apalah artinya? Ada banyak hal dengan kadar kepentingan yang berbeda-beda. Jangan sampai kamu menyesali apa yang sudah terlambat. Bahkan, banyak hal yang senarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.


Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan pasangan hidup kita. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga
Kemenangan bukanlah soal medali atau status, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati... 


Sumber: Andriewongso.com
Elin Septianingsih

Elin Septianingsih

Artikel Terkait

Rekomendasi Artikel

https://www.instagram.com/megacareerexpo/