Gagal

Maaf Anda telah memasukkan alamat email yang tidak valid !

Perampok dan Penenun Kain

Copy to clipboard copy-link
Perampok dan Penenun Kain
Dahulu kala, di Tiongkok ada pria bernama Shiciri Kojun. Shiciri dikenal sebagai seorang penenun sutra yang sangat disegani. Konon, ia bukan hanya sebagai seorang pengrajin kain – tetapi lebih dari pada itu, ia adalah seniman kain serta memiliki sifat yang sangat bijaksana. Motif-motif kain sutra rajutannya sangat indah, sehingga tidak heran jika ia menjadi sangat terkenal karena karya-karyanya.


Namun, nasi baik tak selalu menyapa Shiciri. Pada suatu petang, saat Shiciri tengah menenun, datang seorang perampok dengan sebilah pedang terhunus di leher Shiciri. 


"Serahkan semua uang dan harta bendamu, lelaki tua!,"


Alih-alih panik ketakutan, Shiciri dengan tenangnya berkata: 


“Semua uangku ada di laci itu, tapi jangan ganggu saya, karena saya sedang berkonsentrasi mengerjakan tenunan sutra ini..” 


Pencuri itu pun segera melepaskan pedang yang ditempelkannya di leher Shiciri, lalu berjalan dan bergegas membuka sebuah laci lemari yang ditunjukkan Shiciri. Ketika perampok itu sedang sibuk memasukkan uang, Shiciri memohon untuk disisakan seperempat bagian untuk membayar tagihan pajak. Perampok yang setangah heran langsung menuruti permintaan korbannya dan memasukkan tiga perempat bagian. Sebelum bergegas keluar, Shiciri berkata:


"Ucapkanlah Terima Kasih saat kamu menerima hadiah,"


Dengan bingung, perampok itu lalu mengucapkan Terima Kasih lalu bergegas meninggalkan rumah penenun yang tersohor. 


Beberapa pekan berlalu. Tiba-tiba terdengar kabar bahwa perampok telah tertangkap. Sempat menolak kejahatan yang dilakukan. Sang perampok akhirnya mengakui perbuatannya setelah pihak berwajib bertanya mengenai siapa korbannya yang terakhir. Pekan berikutnya, sidang pun digelar. 


Semua korban perampok itu dipanggil dalam persidangan untuk memberikan kesaksian. Sebagian besar diantara mereka menumpahkan sumpah serapah dan kekesalan kepada perampok. Tibalah giliran Shiciri untuk bersaksi. 


"Yang Mulia Hakim, bagi saya dia bukan merupakan perampok. Laki-laki ini memang meminta uang yang banyak, akan tetapi saya memberikannya tanpa dipaksa. Ia pun tak lupa mengucapkan rasa terima kasih saat saya memberinya uang,"


Semua yang hadir di persidangan kaget bukan kepalang. Singkat cerita, perampok tersebut diberikan vonis hukuman lebih sedikit dari tuntutan. Dengan sabar, perampok menjalani hukuman penuh perenungan. Sifatnya pun berubah dari semula arogan dan temperamen menjadi sangat lembut. Tepat di bulan purnama keenam sejak menerima vonis, perampok pun bebas. Ia menyambutnya dengan sukacita. 


Orang pertama yang ditemui olehnya usai bebas adalah Shiciri. Sambil meminta maaf yang sebesar-besarnya, ia pun meminta Shiciri untuk menjadi gurunya. Sejak saat itu, perampok dan korbannya menjadi murid dan guru. Selain memberi petuah kehidupan, Shiciri pun mengajarkan teknik menenun kepada muridnya. Mantan perampok tersebut sangat setia kepada Shiciri sampai akhir hayat. 

Elin Septianingsih

Elin Septianingsih

Artikel Terkait

Rekomendasi Artikel