Gagal

Maaf Anda telah memasukkan alamat email yang tidak valid !

Scroll To Continue With Content
https://www.instagram.com/megacareerexpo/

Terapi Paku Untuk Si Pemarah

Copy to clipboard copy-link
Terapi Paku Untuk Si Pemarah
Pada suatu ketika, hiduplah seorang anak laki-laki yang temperamental. Hal sekecil apapun bisa membuat emosinya meledak-ledak tak terarah. Namun, ia beruntung karena memiliki seorang ayah yang arif lagi bijaksana. Sudah sejak lama Sang Ayahanda ingin mengubah tabiat anak kesayangannya namun ia belum punya formula yang pas. Akhirnya, Sabtu pagi ia memanggil anaknya dan memberikan satu kantong paku dan sebuah palu. 


Anak itu diminta untuk melampiaskan kemarahannya dengan memakukan 1 paku ke tembok belakang rumah. Satu paku untuk setiap satu kali marah. Hari pertama pun dilalui. Hari ini anak itu marah sebanyak 35 kali, maka sebagai konsekuensinya, anak itu harus memasang 35 paku pula di tembok belakang rumah. Hari demi hari pun berlalu dan tampaknya terapi yang diberikan mulai membuahkan hasil. Terbukti, paku yang ditanamkan semakin berkurang, mulai dari 35 menjadi 29 lalu 23 dan seterusnya. Sampai hari ke-90, anak itu sudah tidak lagi menanamkan paku satupun ke tembok rumah. 


Sang Ayah sangat bahagia melihat kemajuan anaknya, kemudian berkata:


"Kamu hebat,Nak! Ada satu tahapan lagi yang harus kamu lalui. Mulai sekarang, cabutlah satu paku yang sudah kamu tanamkan setiap saat kamu bisa memaafkan orang yang membuat kamu marah,"


Sambil mengangguk-angguk, anak itu langsung menuju ke tembok yang sudah dipenuhi dengan paku tersebut. Hari itu, ia hanya memandangi paku-paku itu lalu kembali ke kamarnya. Sang Ayah segera paham dengan gelagat anaknya. Sambil bergumam dalam hati, 


"Ya, anakku mungkin belum bisa memaafkan orang lain dan bersabar hari ini.''


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ayah itu mendapati anaknya sudah mencabut 2 paku. Kemudian terus bertambah dari hari ke hari hingga pada hari ke-80 semua paku sudah habis tercabut dari tembok. Tak kalah gembira dari Ayahnya, anak tersebut berkata:


"Ayah, aku berhasil! Aku sekarang sudah menjadi anak yang sabar bukan? Rupanya menyenangkan saat kita membuang perasaan benci, marah dan emosi. Maafkan aku, Ayah!".


"Nak, Ayah bangga kepadamu! Akan tetapi coba amati bekas lubang paku-paku ini. Sekalipun kamu sudah mencabut seluruh paku yang ada, namun tembok tidak dapat menjadi utuh seperti sedia kala. Semua lubang itu membekas. Setiap kamu melukai perasaan orang lain, selamanya kamu sulit untuk menghapuskan luka itu sekalipun kamu sudah memohon maaf dan mencabut kemarahan dari dalam dirimu dan orang lain. Maka, jaga sikapmu! Sebisa mungkin tidak menancapkan paku pada tembok hati orang lain"


Sang Anak pun menangis tersedu-sedu dan pada hari itu ia berjanji akan mengubah perangainya. 


Elin Septianingsih

Elin Septianingsih

Artikel Terkait

Rekomendasi Artikel

https://www.instagram.com/megacareerexpo/
https://www.instagram.com/megacareerexpo/